Minggu, 07 Agustus 2011



KUALITAS AIR

Air adalah unsur penunjang terpenting dalam kegiatan budidaya ikan. Kondisi air yang digunakan harus bersih dari bahan-bahan beracun dan bahan-bahan lain yang tidak dibutuhkan oleh ikan. Jumlah air pun harus memadai supaya tidak terjadi kepadatan populasi yang terlalu tinggi sehingga ikan berebut oksigen.
            Dalam budidaya ikan, kualitas air dapat diukur dengan beberapa parameter sebagai berikut.

2.1              Derajat Keasaman (pH)
Keasaman atau pH air (pondus Hydrogenii)  adalah indikasi dari bobot hydrogen yang berada di dalam air. Derajat keasaman diukur dengan skala 1-14. Angka 7 pada derajat keasaman menandakan keasaman air bersifat netral. Sementara itu angka 1 menandakan air bersifat sangat asam, sedangka angka 14 menunjukkan air bersifat sangat basa atau alkalis. Ikan biasanya hidup optimal di dalam air pada kisaran pH 6,5-8.
Pengukuran pH tidak harus dilakukan di laboratorium, tetapi dapat pula dilakukan sendiri dengan menggunakan kertas lakmus atau kertas pH (metode perbedaan warna). Bentuk kertas lakmus berupa potongan-potongan kertas berukuran kecil. Cara pengukurannya, ambil sample air, kemudian celupkan kertas lakmus ke dalam air sample selama beberapa detik hingga terjadi perubahan warna. Cocokkan warna kertas lakmus dengan indicator warna pH yang tertera dalam kemasan kertas lakmus. Supaya hasilnya lebih akurat, ambil dan tes 2-3 sampel air.
Faktor yang mempengaruhi pH air adalah sisa pakan dan kotoran ikan. Jika air jarang diganti, bekas pakan dan kotoran ikan akan semakin menumpuk. Akibatnya, pH air menjadi semakin rendah. Untuk menetralkannya, sedot kotoran tersebut dari dasar akuarium, kemudian ganti separuh air akuarium dengan air baru yang masih segar. Sementara itu, untuk menetralkan pH di dalam kolam, air harus dikuras terlebih dahulu kemudian bersihkan dan keringkan kolamnya.

2.2              Kesadahan (HD)
Kesdahan air (hardness) menunjukkan kandungan mineral, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan seng (Zn) di dalam air. Jika kandungan unsur mineral tersebut tinggi, air dianggap bersifat hardness atau keras. Jika kandungan mineralnya rendah, air dianggap bersifat softness atau lunak. Tinggi rendahnya kesadahan air sangat dipengaruhi oleh unsur mineral dalam tanah tempat air tersebut berada. Sebagai contoh, jika air mengalir pada sungai yang tanahnya mengandung banyak kalsium, air tersebut dapat dikategorikan memiliki kesadahan keras karena unsur kalsiumnya sangat kuat.
2.3              Oksigen Terlarut
Sebagian besar ikan membutuhkan oksigen (O2) terlarut dalam air sebanyak 3mg/l. Idealnya, batas minimal kandungan oksigen terlarut untuk pertumbuhan ikan adalah 5 mg/l. Meskipun demikian, ikan masih dapat hidup di bawah batas minimal tersebut. Konsekuensinya nafsu makannya akan menurun dan pertumbuhannya juga terhambat.
Tumbuhnya ganggang di kolam dapat menimbulkan masalah pada berkurangnya konsentrasi oksigen. Gangguan tersebut terutama terjadi pada malam hari, ketika proses fotosintesis tidak terjadi. Namun, pada siang hari, kandungan oksigen meningkat karena terjadi proses fotosintesis sehingga problem rendahnya konsentrasi oksigen terlarut di dalam air tidak begitu menjadi masalah. Selain proses fotosintesis, factor yang menentukan jumlah oksigen terlarut di dalam kolam adalah respirasi dan sirkulasi oksigen dari udara ke dalam air. Semakin tinggi kecepatan respirasi, oksigen yang terikat akan semkain banyak sehingga kuantitas oksigen di dalam air akan menurun.
Untuk mengatasi berkurangnya jumlah oksigen terlarut di dalam air perlu dilakukan cara-cara sebagai berikut.
-          Mekanik. Menggunakan aerator atau alat sirkulasi air (pompa) yang mampu memutar oksigen dari udara ke dalam air secara cepat dalam jumlah besar. Intinya, aerator berfungsi untuk meningkatkan intensitas pertukaran air sehingga kualitas air dapat terjaga.
-          Kimia. Meskipun jarang digunakan, pemberian superfosfat telah terbukti mampu merangsang pertumbuhan fitoplankton baru yang dapat membantu proses fotosintesis.
-          Biologi. Cara ini dilakukan dengan menjaga keseimbangan kandungan oksigen antara tumbuhan penghasil oksigen dan organisme pengguna oksigen.
Gejala kekurangan oksigen pada ikan tampak dari gerak-geriknya yang gelisah, selalu berenang di permukaan air, dan frekuensi pernapasan yang lebih cepat (insang dan mulut membuka dan menutup lebih cepat). Kekurangan oksigen biasanya terjadi akibat faktor-faktor sebagai berikut.
a.       Kenaikan Temperatur
b.      Kandungan bahan-bahan Organik
c.       Kombinasi Tanaman Air
d.      Kepadatan Terlalu Tinggi
2.4              Karbondioksida
Gas dengan rumus kimia CO2 ini adalah komponen udara yang berada di alam bebas dan di dalam air. Karbondioksida juga sering disebut dengan gas asam arang, sebagai hasil respirasi makhluk hidup dan proses penguraian bahan organik.
Meningkatnya konsentrasi CO2 pada wadah tertutup dapat menimbulkan masalah serius pada ikan. Hal ini sering terjadi saat pengiriman ikan. Jumlah karbondioksida tergantung pada konsentrasi oksigen di dalam kolam. Jika konsentrasi oksigennya berada pada tingkat maksimal, pengaruh karbondioksida dapat diabaikan.
2.5              Kandungan Nitrit
Pemberian pakan secara berlebihan dapat memicu terjadinya penumpukan bahan organik yang dihasilkan dari sisa pakan, kotoran ikan, lumut, dan pembusukan daun-daunan. Bahan-bahan organik tersebut akan membentuk zat amoniak yang bersifat racun dan zat amonium yang tidak bersifat racun. Kadar kedua zat tersebut dipengaruhi oleh pH air. Pada air ber-pH rendah (di bawah 7,2) kandungan ammonium yang terbentuk lebih banyak dibandingkan dengan amoniak. Sebaliknya, air yang ber-pH tinggi (di atas 7,2) lebih banyak mengandung amoniak yang kadarnya melebihi batas 1 mg/l.
Amoniak akan berubah menjadi nitrit apabila ada kehadiran bakteri Nitrosomonas. Nitrit adalah unsur kimia yang tidak terlalu berbahaya. Namun, jika terjadi sekresi dan pembusukan bahan organic, sifatnya akan berubah menjadi sangat berbahaya. Tingginya kadar nitrit di dalam air dapat dilihat secara kasat mata. Indikatornya, warna air berubah menjadi keruh, cara berenang ikan tidak terarah, pakan yang diberikan tidak disantap karena nafsu makan ikan hilang, dan pertumbuhan ikan menjadi terhambat.
Secara lebih akurat, kadar nitrit di dalam air dapat diukur dengan ammonium tester yang berwujud cair. Alat tersebut sebaiknya dimiliki oleh para petani ikan agar kandungan nitrit di dalam air dapat terus terpantau. Kualitas air dapat dipertahankan dengan melakukan pergantian air sebanyak dua minggu sekali. Banyaknya air yang diganti kira-kira 25% dari keseluruhan jumlah air dan kotoran. Berbeda dengan nitrit yang bersifat racun, nitrat tidak berefek negatif terhadap kehidupan ikan, bahkan sebagai sumber nutrisi bagi tanaman.

2.6              Temperatur
Kondisi temperature harus dijaga agar tetap konstan. Temperature yang berubah-ubah dapat menyebabkan stress pada ikan. Pada temperature yang terlalu tinggi, ikan akan mengalami kekurangan oksigen dan sistem enzim yang membantu metabolisme tubuh tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada kondisi seperti ini, penyakit dapat menyerang dengan dengan cepat. Untuk mengatasinya perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut.
-          Jika sebagian besar ikan tampak berenang di permukaan air, biasanya sirkulasi udara di dalam kolam tidak lancar. Supaya sirkulasi udaranya lancar, pasanglah aerator atau kurangi populasi ikan dan tanaman air.
-          Jika tiba-tiba air menjadi keruh dan ikan mati secara serentak, ganti air secepatnya.
-          Dalam kondisi kekurangan oksigen, lakukan penggantian air.
-          Jika di permukaan dan di dasar kolam dijumpai banyak ikan mati, ada kemungkinan ikan terkontaminasi oleh bahan beracun yang berasal dari insektisida atau pestisida. Jika hal ini terjadi, kolam harus segera diganti airnya dan dibersihkan.

2.7              Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet. Faktor yang perlu diperhatikan saat pemberian pakan adalah waktu pemberian pakan dan jumlah pakan. Supaya pakan tidak tersisa, pemberian makan diatur 6 jam sekali. Begitu juga dengan jumlah pakan, harus disesuaikan dengan bobot ikan yang ditebar.
Untuk melihat apakah terjadi penimbunan lemak dan protein pada ikan, kondisi ikan harus dipantau secara rutin, minimal 2 minggu sekali. Caranya, periksa kondisi di dasar kolam. Jika kondisinya kotor, berarti ikan mengalami kelebihan pakan. Akibatnya, ikan menjadi gemuk dan nafsu makannya berkurang. Munculnya komponen beracun di dalam bahan pakan ikan juga perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kanker hati dan menurunkan kualitas air kolam. Racun tersebut muncul akibat pakan disimpan terlalu lama.
2.8              Gangguan Parasit
Parasit pada ikan dapat menyebabkan penyakit yang sering menimbulkan kerugian besar para petani ikan. Jika serangan parasit sudah terlampau parah, seluruh ikan di dalam kolam tidak akan tertolong lagi. Umumnya, parasit menyerang ikan yang terkena infeksi sekunder akibat luka gesek.
Jika kondisi kolam sehat, organisme penyakit yang ada di dalam kolam dan yang ada di tubuh ikan tidak akan berbahaya, tetapi ketika kondisi ikan menurun akibat kualitas air yang menurun, parasit akan mudah masuk ke dalam tubuh ikan.
2.9              Gangguan Organisme Lain
Pemangsa atau predator adalah musuh nomor dua ikan setelah parasit. Biasanya berupa ikan atau hewan lain yang ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan ikan peliharaan. Contohnya burung, katak, ular, dan kucing. Burung umumnya menyerang ikan yang berwarna cerah. Di daerah yang banyak dihuni ular sebaiknya dipelihara jenis ikan berduri, seperti sapu-sapu yang tidak disukai ular.
Insekta dari jenis capung (Odonata) juga sering ditemui menyerang ikan yang berukuran kecil. Larva capung tinggal di dalam air untuk menanti ikan yang bakal menjadi calon mangsanya. Ketika mangsanya terlihat, larva capung akan segera menyerang dengan cara mencengkeram dan mengisap cairan tubuhnya.
Selain ancaman dari ikan pemangsa, ada juga ancaman yang dating dari ikan competitor, terutama dalam memperebutkan oksigen dan makanan. Jenis-jenis ikan yang sering menjadi kompetitor adalah mujair (Tilapia mossambica), lele (Clarias Batracus), dan Gurami (Osphronemus gouramy). Jika saat pengontrolan kolam ditemukan jenis-jenis ikan tersebut, segera ambil atau pindahkan ke tempat lain.

2.10          Sumber Air
Air untuk memelihara ikan dapat bersumber dari dalam tanah (air sumur), sungai, atau Perusahaan Air Minum (PAM).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar